Tantangan di Dunia Pendidikan – Apa yang dimaksud dengan pendidikan? Secara umum, pengertian pendidikan merupakan suatu proses pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekumpulan manusia yang diwariskan dari satu genereasi ke generasi selanjutnya melalui pengajaran, pelatihan, dan penelitian.

Ada juga yang mengatakan bahwa definisi pendidikan ialah suatu usaha sadar yang dilakukan secara sistematis dalam mewujudkan suasana belajar-mengajar agar para peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya. Dengan adanya pendidikan maka seseorang dapat memiliki kecerdasan, akhlak mulia, kepribadian, kekuatan spiritual, dan keterampilan yang bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakat. https://www.queenaantwerp.com/

Tantangan di Dunia Pendidikan

Dalam bahasa Inggris, kata pendidikan dapat disebut dengan Education dimana secara etimologis kata tersebut berasal dari bahasa Latin, yaitu Eductum. https://www.queenaantwerp.com/

Kata Eductum terdiri dari dua kata, yang pertama E yang artinya perkembangan dari dalam keluar, dan Duco yang artinya sedang berkembang. Sehingga secara etimologis arti pendidikan ialah proses mengembangkan kemampuan diri sendiri dan kekuatan individu.

Jadi, dapat disimpulkan secara singkat bahwa pengertian pendidikan adalah suatu proses pembelajaran kepada peserta didik agar memiliki pemahaman terhadap sesuatu dan membuatnya menjadi seorang manusia yang kritis dalam berpikir.

Tujuan pendidikan juga dapat disebutkan di dalam Undang-Undang Republik Indonesia, diantaranya:

1. UU No. 2 Tahun 1985

Tujuan pendidikan menurut UU No. 2 Tahun 1985 adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia yang seutuhnya, yaitu bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, memiliki pengetahuan, sehat jasmani dan rohani, memiliki budi pekerti luhur, mandiri, kepribadian yang mantap, dan bertanggungjawab terhadap bangsa.

2. UU. No. 20 Tahun 2003

Menurut UU. No.20 Tahun 2003 pasal 3 mengenai Sistem Pendidikan Nasional, tujuan pendidikan nasional ialah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

3. MPRS No. 2 Tahun 1960

Menurut MPRS No. 2 Tahun 1960, tujuan pendidikan ialah untuk membentuk manusia yang berjiwa Pancasilais sejati berdasarkan ketentuan-ketentuan yang dikehendaki oleh pembukaan UUD 1945 dan isi UUD 945.

Pendidikan dan peningkatan kualitas SDM merupakan salah satu fokus pemerintahan Jokowi-Ma’ruf dalam lima tahun ke depan.

Saat ini, salah satu tantangan di dunia pendidikan Indonesia adalah rendahnya kemampuan literasi dasar di mana anak-anak masih tertinggal dari negara-negara tetangganya di wilayah ASEAN, dan hasilnya nampak dalam studi internasional yang menguji dan membandingkan prestasi anak-anak sekolah di seluruh dunia.

Meski demikian, di akhir tahun 2019 tercatat bahwa dengan model pelatihan pedagogi yang tepat, kompetensi guru bisa menjadi lebih baik dan kemampuan literasi siswa terbukti bisa meningkat. Hal ini adalah berdasarkan studi akhir pelaksanaan program peningkatan mutu pembelajaran yang dilakukan Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (Inovasi) di Provinsi NTB, NTT, Kalimantan Utara, dan Jawa Timur.

Pembangunan SDM tentu mengarah pada angkatan kerja dengan bekal pendidikan dan kompetensi yang cukup untuk menghadapi dunia kerja. Untuk itu Presiden mengatakan bahwa kemampuan dasar anak-anak Indonesia harus terus dibangun, dan kemampuan literasi, matematika, dan sains akan menjadi pijakan bagi peningkatan pengetahuan dan keterampilan anak di jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Fondasi untuk semua pembelajaran, yang menjadi prasyarat kecakapan hidup abad ke-21, adalah kemampuan literasi. Dalam riset tersebut, secara sederhana, tidak mungkin mempersiapkan anak-anak muda untuk menghadapi dunia kerja yang ada saat ini dan di masa mendatang, apabila mereka tidak lebih dahulu mendapatkan dasar yang kuat di bidang literasi dan numerasi di kelas-kelas awal SD yang menjadi jenjang awal dari pendidikan dasar sembilan tahun.

Anak-anak yang belum memiliki kemampuan literasi yang baik akan dengan cepat tertinggal dari teman-temannya di seluruh bidang pembelajaran, dan ketimpangan ini semakin melebar seiring waktu.

Dalam proses pembelajaran di kelas, peran guru sangat besar dalam pencapaian prestasi siswanya.

Pada periode September 2018-Juli 2019, sebanyak 54 program dengan berbagai fokus intervensi dilaksanakan – yaitu literasi kelas awal, kepemimpinan sekolah, kelas rangkap, transisi bahasa ibu di kelas, serta pendidikan inklusif-disabilitas dan keterlibatan masyarakat.

Berdasarkan hasil pelaksanaan program, tercatat beberapa hal terkait kualitas pengajaran dan hasil pembelajaran.

Tiga masalah utama yang berkontribusi terhadap rendahnya hasil belajar siswa untuk literasi, yaitu

1. Kurikulum tidak memuat aspek mengajar membaca untuk siswa kelas awal, dengan asumsi anak yang terdaftar di SD sudah bisa membaca.

2. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan guru dalam mengajarkan literasi di kelas awal.

3. Terbatasnya akses ke bahan bacaan yang menarik dan sesuai dengan usia anak, terutama di daerah terpencil.

Studi akhir menemukan peningkatan kualitas proses pembelajaran di kelas, di antaranya:

1. Guru menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan konsep yang diajarkan;

2. Guru menggunakan pendekatan yang berfokus pada anak;

3. Kelas memiliki pojok baca;

4. Kelas memajang media belajar seperti alat peraga, poster, peta, atau sumber belajar lainnya yang membuat anak selalu terpapar pada media literasi. Proses pembelajaran yang lebih baik ini berkontribusi pada meningkatnya kemampuan literasi siswa.

Inovasi mencatat bahwa meskipun kemampuan literasi dasar siswa telah meningkat, diperlukan upaya lebih dari meningkatkan kemampuan literasi dasar siswa. Untuk itu, di tahap kedua, Inovasi memberikan pelatihan tentang metode-metode pengajaran yang lebih baik, seperti melakukan pemetaan kemampuan literasi siswa, menerapkan pembelajaran berbeda (differentiated learning), membaca terbimbing dan meningkatkan pemahaman bacaan atau ketrampilan yang mengarah kepada pemahaman dan kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS), dan didukung dengan akses ke buku bacaan yang sesuai.

Tantangan di Dunia Pendidikan 1

Rekomendasi untuk di tingkat pusat:

– Menyusun panduan kurikulum pelatihan sekolah dasar (PGSD, S-1, PPG) untuk menetapkan metode sistematis guru dalam mengajarkan membaca dan mendukung literasi di sekolah dasar

– Meningkatkan kompetensi guru untuk mengajar membaca secara sistematis dan untuk mendorong budaya membaca

– Meningkatkan kapasitas guru terkait pengajaran literasi dan numerasi melalui KKG

– Meninjau buku pelajaran kelas awal

– Meningkatkan akses ke buku bacaan yang sesuai dengan memperluas daftar dan pilihan buku bacaan siswa, dengan melibatkan pemerintah kabupaten/kota dalam mengevaluasi kebutuhan buku dan memastikan ketersediaan, sesuai dengan konteks kedaerahan masing-masing.

Rekomendasi untuk di tingkat daerah:

– Pemerintah provinsi mendukung dan memfasilitasi kegiatan literasi di kabupaten/kota

– Pemerintah kabupaten/kota secara rutin membuat penilaian kemampuan membaca siswa kelas awal dan melaporkan hasilna kepada orang tua dan instansi terkait

– Pemerintah kabupaten/kota menjalankan program literasi bagi siswa sekolah dasar dan menyediakan anggaran rutin

– Pemerintah daerah bermitra dengan lembaga-lembaga non pemerintah terkait dengan penyediaan buku, baik cetak maupun digital, dan untuk memberikan pelatihan kepada guru, membangun perpustakaan sekolah yang berkualitas dan mendukung Taman Bacaan Masyarakat.